IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA PENURUN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus Berkenhout, 1769) HIPERGLIKEMIA PADA DAUN SUKUN (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg.)
Daun sukun banyak memiliki manfaat untuk kesehatan, antara lain untuk mengobati penyakit liver, jantung, ginjal, menurunkan tekanan darah, dan mengontrol diabetes. Penelitian tentang manfaat daun sukun sebagai obat diabetes masih memerlukan kajian yang lebih mendalam.. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi golongan senyawa dalam daun sukun yang berpotensi sebagai penurun kadar glukosa darah. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi UGM dan Unit Praklinik Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Unit IV, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, menggunakan tikus jantan galur Wistar hiperglikemia. Empatpuluh ekor tikus dibuat hiperglikemia dengan pembebanan glukosa monohidrat dosis tunggal 1,35 g/200 g BB. Untuk uji efektivitas ekstrak dan air rebusan daun sukun, 20 ekor tikus dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan yang masing-masing diberi ekstrak kloroform, ekstrak metanol, dan air rebusan daun sukun. Untuk uji efektivitas fraksi,20 ekor tikus dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok kontrol, 2 kelompok perlakuan yang masing-masing diberi fraksi air dan fraksi etil asetat, air rebusan daun sukun serta kelompok glibenklamid sebagai pembanding. Dosis yang digunakan untuk masingmasing ekstrak, air rebusan dan fraksi adalah 150 mg/kg BB. Kadar glukosa darah diukur pada menit ke 0, 60, 120, 180, 240 dan 300. Fraksi etil asetat air rebusan daun sukun dikromatografi dengan KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dan diidentifikasi golongan senyawanya. Data hasil penelitian dianalisis dengan ANOVA dan LSD pada taraf uji 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air rebusan daun sukun paling baik dalam menurunkan kadar glukosa darah, diikuti ekstrak kloroform. Kedua fraksi air rebusan daun sukun,baik fraksi air maupun fraksi etil asetat dapat menurunkan kadar glukosa darah meskipun belum sebanding dengan glibenklamid. Golongan senyawa yang berpotensi menurunkan kadar glukosa darah adalah senyawa fenolik, flavonoid, alkaloid, dan terpenoid. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan air rebusan daun sukun oleh masyarakat sebagai obat diabetes adalah sudah benar. Penulis : Nublah, Sp Sumber : http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=53007
Sukun sudah lama dikenal di tengah masyarakat Indonesia. Buahnya biasa digoreng dibuat keripik, atau direbus sebagai makanan kecil. Namun, ternyata tanaman yang tumbuh di sekitar kita tersebut mempunyai khasiat ampuh bagi kesehatan, terutama bagi jantung dan pembuluh darah. Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tjandrawati M Ozef, dan rekan-rekannya telah mengadakan serangkaian penelitian mengenai khasiat daun sukun. Hasil penelitian itu disampaikan Tjandrawati dalam sebuah seminar di Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan beberapa waktu lalu.
Penyakit jantung dan pembuluh darah kian menjadi permasalahan besar seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat. Pola diet tinggi lemak hewani kurangnya aktivitas fisik dan kebiasaan buruk merokok menjadi beberapa faktor risiko pemicu gangguan jantung dan pembuluh darah.
Melihat kecenderungan tersebut, para peneliti LIPI menapis 42 tanaman yang dianggap berpengaruh terhadap sistem kardiovaskular. Pilihan meneliti lebih dalam jauh kepada sukun.
Seluruh bagian tanaman sukun mengandung senyawa flavonoid. Sejumlah turunan flavon telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari bagian akar dan ranting tumbuhan tersebut sebelumnya. ”Tanaman itu mempunyai flavonoid yang khas,” ujarnya.
Sukun (Artocarpus altilis) termasuk dalam famili Moraceae alias keluarga Mulberry atau lebih sering dikenal sebagai bread fruit.
Tanaman tersebut tumbuh pada daerah tropis, seperti Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Kamboja. Tjandrawati mengungkapkan, masyarakat Indonesia secara tradisional menggunakan daun sukun untuk pengobatan penyakit hati, inflamasi, jantung, ginjal, sakit gigi, dan gatal-gatal.
Masyarakat Taiwan secara tradisional menggunakan akar dan batangnya bagi pengobatan penyakit hati dan hipertensi. ”Masyarakat menggunakan sukun untuk pengobatan dengan merebus daunnya, tetapi masih kurang diketahui kandungan khusus yang bermanfaat besar, bagaimana cara penggunaannya, dan dosisnya,” ujarnya.
Berangkat dari pengalaman empiris masyarakat tersebut, Tjandrawati tertarik meneliti lebih dalam mengenai potensi daun sukun. Melalui penelitian panjang sejak tahun 2004, tanaman sukun berhasil dibuktikan khasiatnya. Dalam penelitian itu, daun sukun dibuat menjadi ekstrak. Komponen hasil ekstraksi dengan etanol, yakni tiga senyawa flavonoid dan Beta-sitoserol tersebut yang kemudian diteliti khasiatnya.
Studi khasiat terhadap daun sukun meliputi agregasi platelet (penggumpalan trombosit), viskositas darah (kekentalan darah) dan iskemia akut (kurangnya aliran darah pada jantung).
Studi itu juga mencakup atherosclerosis (penebalan dinding pembuluh darah akibat penumpukan lemak) yang mencakup akumulasi lipid (lemak) pada aorta, dan kolesterol darah.
Uji khasiat secara in vitro (dalam lingkungan buatan) maupun in vivo (dalam tubuh hidup) terhadap ekstrak tanaman tersebut menunjukkan hasil sangat baik.
Studi in vivo, misalnya, menyimpulkan bahwa ekstrak etil asetat yang mengandung flavonoid dan Beta-sitoserol dengan perbandingan 100 mg/kg dan 20 mg/kg dapat menghambat agresi platelet, mengurangi viskositas darah, dan melindungi melindungi jantung dari iskemia yang akut.
Selanjutnya, uji khasiat ekstrak etil asetat terhadap kadar kolesterol darah dan akumulasi lemak pada dinding pembuluh darah aorta pada tikus galur Wistar menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dosis 150 mg/ kg berat badan mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah secara signifikan.
Sukun juga mampu menghambat akumulasi lemak pada dinding pembuluh darah aorta. ”Tidak terjadi penimbunan lemak,” ujar Tjandrawati.Daya racun
Dalam penelitian itu diuji pula daya racun dari ekstrak daun sukun tersebut. Kabar baiknya, uji toksisitas subkronis yang dilakukan selama 90 hari pada tikus putih galur Sprague Dawley menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak etil asetat daun sukun dengan dosis bervariasi, yakni dosis uji 83,33 mg/kg berat badan per hari, 166,65 mg/kg berat badan per hari, dan 333,35 mg/kg berat badan per hari tidak memengaruhi fungsi jantung, ginjal, hati ataupun profil darah.
Uji toksisitas akut pada mencit ICR jantan dan betina menggunakan dosis tinggi total flavonoid 4,5 g/kg berat badan dan Beta-sitoserol 2,5 g/kg berat badan tidak menunjukkan penurunan berat badan, bahkan berat badan cenderung naik. Observasi terhadap perilaku hewan uji selama eksperimen seperti bagaimana hewan uji berjalan, makan, minum serta dan kecerahan mata dan bulu juga tidak menunjukkan tanda-tanda keracunan.
Tjandrawati mengatakan, dapat disimpulkan bahwa pemberian dosis tinggi total flavonoid dan Beta-sitoserol pada mencit ICR tidak menunjukkan efek toksik ada hewan uji.
Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, Sugeng Broto mengatakan, prospek dari formula yang dikerjakan oleh LIPI tersebut sangat besar lantaran nantinya dapat diproduksi sebagai obat herbal terstandar dan fitofarmaka.
Kini, LIPI aktif meneliti sejumlah tanaman yang dipandang berkhasiat. Jika ingin dikembangkan menjadi fitofarmaka, masih dibutuhkan uji klinis. Ekstrak flavonoid dan Beta-sitoserol dari daun sukun itu sendiri kini telah dipatenkan.
Peneliti : Prof. Tjandrawati M Ozef, dan rekan-rekannya Oleh : INDIRA PERMANASARI Kompas, 11 Mei 2010
AKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN SUKUN (Artocarpus altilis (Park.) Forsberg) MELALUI PENGHAMBATAN MIGRASI LEUKOSIT PADA MENCIT YANG DIINDUKSI OLEH THIOGLIKOLAT
Inflamasi merupakan respon sebuah jaringan sebagai reaksi terhadap rangsangan dari luar. Proses inflamasi yang berlangsung terus-menerus dapat merusak jaringan sehingga diperlukan adanya obat-obat antiinflamasi untuk mengatasi terjadinya inflamasi pada jaringan. Migrasi leukosit merupakan salah satu tahap yang penting dalam inflamasi jaringan dan merupakan salah satu target aksi suatu obat antiinflamasi. Daun sukun (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg) secara tradisional telah digunakan sebagai obat antiradang dan demam. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antiinflamasi daun sukun dalam menghambat migrasi leukosit pada mencit yang diinduksi oleh thioglikolat. Daun A.altilis diekstraksi menggunakan pelarut etil asetat dengan dosis masingmasing 625; 1250; dan 2500 mg/kgBB kemudian diuji aktivitas penghambatan migrasi leukositnya terhadap mencit yang diinduksi oleh thioglikolat sebagai pemacu migrasi leukosit pada rongga peritonial. Leukosit diambil dari cairan peritonial dan dikuantifikasi dengan haemocytometer. Data dianalisis secara statistik dengan ANOVA dengan taraf kepercayaan 95 % kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD dan dibandingkan dengan indometasin sebagai kontrol positif. Identifikasi golongan senyawa dilakukan dengan metode KLT dengan fase diam Silica Gel F254 dan fase gerak n-heksana – etil asetat (2:1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ektrak etil asetat daun A.altilis dengan dosis 625; 1250; dan 2500 mg/kgBB terbukti aktif dalam menghambat migrasi leukosit pada mencit yang diinduksi oleh thioglikolat. Pemberian ekstrak dengan dosis 2500mg/kg BB telah mampu menghambat migrasi leukosit yang tidak berbeda signifikan dengan indometasin dengan dosis 35,7 mg/kgBB. Ekstrak etil asetat daun A.altilis diduga mengandung senyawa fenolik dan flavonoid yang diduga aktif dalam menghambat migrasi leukosit dalam proses inflamasi pada mencit yang diinduksi oleh thioglikolat. Penulis : Ani Andriani Sumber : http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=64584
EFEK ANTIHIPERLIPIDEMIA EKSTRAK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN YANG DIINDUKSI DIET LEMAK TINGGI DAN PROPILTIOURASIL SERTA PENETAPAN KADAR FLAVONOID TOTAL
Hiperlipidemia adalah gangguan metabolisme lipid yang ditandai dengan tingginya kadar kolesterol darah, trigliserida dan LDL serta rendahnya kadar HDL. Telah dilaporkan bahwa hiperlipidemia sebagai salah satu faktor risiko yang paling penting dalam perkembangan aterosklerosis yang mengarah ke penyakit kardiovaskular. Sukun (Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg.) merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia dan secara empiris dimanfaatkan sebagai penurun kolesterol. Ekstrak air daun sukun mengandung senyawa aktif salah satunya adalah flavonoid. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa senyawa flavonoid memiliki aktivitas sebagai antihiperkolesterolemia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak air, etanol dan etil asetat daun sukun memiliki efek menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, LDL dan meningkatkan kadar HDL pada tikus putih jantan yang diinduksi diet lemak tinggi dan Propiltiourasil (PTU). Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah efek antihiperlipidemia berkorelasi dengan kadar flavonoid total. Pengujian efek antihiperlipidemia menggunakan hewan uji tikus putih jantan galur Wistar yang diberi diet pakan lemak tinggi 4 ml/200 g BB dan PTU 0,01% yang dicampur dalam air minum selama 40 hari kemudian diberikan ekstrak air, etanol dan etil asetat daun sukun dosis 250 mg/kgBB serta kontrol positif simvastatin dosis 1,26 mg/kgBB dan kontrol negatif selama 14 hari. Ekstrak air dibuat dengan metode rebusan sedangkan ekstrak etanol dan etil asetat dibuat dengan metode maserasi. Kemudian dilakukan penetapan kadar flavonoid total ekstrak air, etanol dan etil asetat untuk mengetahui apakah efek antihiperlipidemia berkorelasi dengan kadar flavonoid total. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kadar kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL pada hari ke-0 dan 40 setelah terjadi hiperlipidemia dan hari ke-55 setelah diberikan ekstrak. Data dianalisis menggunakan analisis statistik One way Anova. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol 70% daun sukun memiliki efek menurunkan kadar kolesterol total dan memiliki korelasi negatif dengan kadar flavonoid total. Ekstrak etil asetat daun sukun memiliki efek menurunkan kadar trigliserida, kadar LDL dan meningkatkan kadar HDL serta memiliki korelasi positif dengan kadar flavonoid total. Penulis : Nita Fajaryanti Sumber : http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?act=view&buku_id=87773&mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&typ=html
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg) DENGAN METODE FRAP SERTA PENETAPAN KANDUNGAN FENOLIK DAN FLAVONOID TOTALNYA
Radikal bebas merupakan senyawa yang apabila terakumulasi tidak dapat dihancurkan oleh tubuh dan akan menyebabkan terjadinya stres oksidatif. Stres oksidatif merupakan penyebab kebanyakan berbagai penyakit seperti kanker, penyakit autoimun dan lain sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan senyawa antioksidan untuk mencegah terjadinya stres oksidatif. Daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg atau dikenal sebagai daun sukun diketahui mengandung senyawa fenolik dan flavonoid yang berpotensi sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan daun sukun serta korelasinya dengan kandungan fenolik dan flavonoid totalnya. Daun sukun diekstraksi dengan pelarut etil asetat, etanol, dan air. Kemudian ketiga ekstrak diuji aktivitas antioksidannya dengan metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) menggunakan senyawa pengompleks 1,10-fenantrolin. Kemampuan antioksidannya diekspresikan sebagai kapasitas antioksidan (mmol/g). Kandungan fenolik totalnya ditetapkan sebagai Ekivalen Asam Galat (%EAG), sedangkan kandungan flavonoid totalnya ditetapkan sebagai Ekivalen Kuersetin (%EK). Data kapasitas antioksidan dilihat korelasinya terhadap kandungan fenolik dan flavonoid totalnya menggunakan analisis korelasi regresi. Pada penelitian ini didapatkan kapasitas antioksidan dari yang paling besar yaitu : ekstrak etil asetat, etanolik, dan air dengan masing-masing nilai sebesar 4,036 ± 0,160 mmol/g; 2,884 ± 0,040 mmol/g; 0,348 ± 0,012 mmol/g. Nilai ini lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai kapasitas antioksidan pembanding asam galat sebesar 58,219 ± 0,526 mmol/g dan kuersetin sebesar 60,553 ± 0,727 mmol/g. Kandungan fenolik dengan nilai kisaran 1,181-7,464 %EAG dan kandungan flavonoid dengan nilai kisaran 0,217-0,439 %EK. Kenaikan kandungan fenolik total menyebabkan kenaikan kapasitas antioksidan, sedangkan kenaikan kandungan flavonoid total tidak menyebabkan kenaikan kapasitas antioksidan. Dari penelitian dapat diketahui bahwa ekstrak etil asetat daun sukun memiliki aktivitas antioksidan terbaik berdasarkan metode FRAP. Penulis : Amalia Azzahra Sumber : http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?act=view&buku_id=86433&mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&typ=html
Uji efek toksisitas ekstrak daun sukun [artocarpus altillis (park.) Fosberg] terhadap ginjal tikus putih galur wistar
Telah dilakukan penelitian mengenai Uji Efek Toksisitas Ekstrak Daun Sukun (Artocarpus altillis (Park.) Fosberg] Terhadap Ginjal Tikus Putih Galur Wistar. Pada penelitian ini digunakan hewan percobaan tikus putih jantan galur wistar dengan berat badan antara 150-200g, berumur 2 – 3 bulan sebanyak 25 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok. Tiap kelompok tikus mendapat perlakuan yang tidak sama, kelompok 1 sebagai kontrol diberi larutan PGA 3% 2ml/100gBB, kelompok 2, 3, 4 masing-masing diberi ekstrak daun sukun dengan dosis 1,5g/kgBB; 2,0g/kgBB; 2,5g/kg BB dan kelompok 5 sebagai pembanding digunakan Sibutramin HCl 10mg/kgBB. Lalu tiap kelompok tikus diambil darahnya dan diukur kadar serum kreatininnya. Berdasarkan hasil perhitungan stastistik dengan Anava Rancangan Rambang Lugas yang dilanjutkan dengan uj HSD 5% dan HSD 1% diperoleh hasil bahwa ekstrak daun sukun dengan dosis 1,5g/kgBB; 2,0g/kgBB; 2,5g/kgBB tidak mempengaruhi kadar serum kreatinin darah pada tikus putih jantan. Hasil perhitungan koefisien korelasi menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara peningkatan dosis ekstrak daun sukun dengan peningkatan efek toksisitas pada ginjal tikus. Batubara, Agry Julida (2010) Uji efek toksisitas ekstrak daun sukun [artocarpus altillis (park.) Fosberg] terhadap ginjal tikus putih galur wistar. Undergraduate thesis, Widya Mandala Catholic University Surabaya. Sumber : http://repository.wima.ac.id/1803/
Aktivitas Ekstrak, Fraksi Pelarut, dan Senyawa Flavonoid Daun Sukun (Artocarpus altilis) terhadap Enzim α-Glukosidase sebagai Antidiabetes
Breadfruits plants is one of the herbal plants that its leaves has been reported to have biological properties, such as antioxidant, cytotoxic, antiinflammatory, antimicrobial, 5α-reductase enzyme inhibitors, tyrosinase enzyme inhibitors, and chatepsin K inhibitors. This study was conducted to investigate inhibitor activity of extracts and flavonoids compounds from breadfruit leaves against α-glucosidase enzyme using in vitro method. Extract and flavonoid compound are from Indonesian Science Intitute’s research. Inhibitor activity was determined by inhibition percentage and followed by determining the IC50 value. The results showed that extract ethanol, and three other solvent fraction (ethyl acetate, butanol, and hexane) has ability to inhibit α-glucosidase enzyme activity. Based on IC50 values and statistical tests, ethanol and ethyl acetate extracts which has a potential ability to inhibit α-glucosidase enzyme. Ethyl acetate fraction from breadfruit leaves (IC50=6,01 μg/mL) has a better to inhibit α-glucosidase activity than ethanol extracts (IC50=8,89 μg/mL). Based on fourth flavonoid derivative compounds results, which has the best active compound as an antidiabeticis (1-(2,4-dihydroxyphenyl)-3-[8-hydroxy-2-methil- 2-(4-methyl-3-pentenil)-2H-1-ben zopyran-5-yl]-1-propanon) with AC-31code (IC50=16,23 μM). This compound is a flavonoids derivatives compound in dihydrocalcon group.
Oleh : Gustina, Nyi Mas Rosmeini Anica
Sumber : http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/58241
STUDI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Pseudomonas aeruginosa
Puspasari, Rina Karina (2014) STUDI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Pseudomonas aeruginosa. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia. Judul penelitian ini adalah studi aktivitas antibakteri dari ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui potensi ekstrak daun sukun sebagai antibakteri. Penelitian diawali ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan tiga jenis pelarut yaitu metanol, etanol dan air, dilanjutkan uji fitokimia. Bakteri yang digunakan diisolasi dari jus melon yang selanjutnya diidentifikasi, diuji aktivitas antibakteri ekstrak daun sukun menggunakan metode difusi cakram dengan konsentrasi ekstrak 1000 ppm, 1500 ppm dan 2000 ppm; kontrol positif kloramfenikol dan kontrol negatif yaitu pelarut metanol dan etanol. Hasil ekstraksi ekstrak metanol berupa pasta berwarna hijau kehitaman sebanyak 3,5 gram (6,93%); ekstrak etanol berupa pasta berwarna hijau kehitaman sebanyak 3,42 gram (6,78%) dan ekstrak air berupa serbuk kecoklatan sebanyak 3,43 gram (6,77%). Hasil uji fitokimia ekstrak metanol dan etanol daun sukun mengandung golongan senyawa tanin, flavonoid, steroid dan saponin; ekstrak air daun sukun mengandung golongan senyawa saponin. Uji identifikasi bakteri pada jus melon diketahui bahwa bakteri termasuk spesies Pseudomonas aeruginosa. Hasil uji aktivitas antibakteri pada konsentrasi ekstrak daun sukun 1000 ppm, 1500 ppm dan 2000 ppm tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa. Kata Kunci : Daun sukun, aktivitas antibakteri, Pseudomonas aeruginosa Sumber : http://repository.upi.edu/6900/